JAKARTAJarakpantau.com – Universitas Terbuka semakin menjadi pilihan bagi anak-anak muda untuk berkuliah tanpa terkendala. Itu ditunjukkan dengan 40 persen mahasiswa Universitas Terbuka kini justru mahasiswanya berusia 25 tahun ke bawah.

Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat pada acara puncak Dies Natalis Ke-37 UT secara daring dan luring di kampus UT, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (4/9/2021), mengatakan, terobosan kualitas dan kewibawaan akademik yang dilakukan UT membawa perubahan. Apalagi, di zaman pandemi Covid-19 yang mengubah model pembelajaran tatap muka menjadi dalam jaringan/daring/digital, mendorong UT untuk semakin maju dalam menghadirkan sumber daya manusia unggul melalui ekosistem pembelajaran digital.

”Jumlah mahasiswa UT terus meningkat sejak 2017. Ada perubahan segmentasi mahasiswa UT, kini sekitar 40 persen mahasiswa berusia 25 tahun ke bawah,” kata Ojat.

Alumni sudah mencapai 1,8 juta orang. Menurut Ojat, dulu UT dulu dipandang sebagai tempat kuliah orang yang bekerja dan orang tua. Namun, komposisinya berubah sejak 2019, yang usia muda mencapai 40 persen dari sekitar 310.000 mahasiswa. UT berupaya meningkatkan jumlah mahasiswa hingga 1 juta orang. Apalagi angka partisipasi kuliah pendidikan tinggi di Indonesia baru mencapai 34,5 persen, masih jauh dari Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Ojat memaparkan, selama 37 tahun UT menghadapi dan melalui berbagai rintangan dengan baik. Pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 menjadi penananda untuk mendorong UT semkain meningkatkan kontribusinya menyediakan akses pendidikan tinggi berkualitas bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan pendidikan untuk semua.Kehadiran UT memberi kesempatan kuliah dengan mengedepankan inklusivitas sesuai dengan konsep terbuka. Dengan daya jangkau luas, UT memiliki 39 kantor cabang dan satu pusat pengelolaan luar negeri dalam upaya mewujudkan pendidikan untuk semua. UT memiliki 869 kelompok belajar dan 50 sentra layanan UT sehingga dapat memberi kesempatan semua lapisan masyarakat untuk dapat mengenyam kuliah tanpa hambatan jarak dan waktu.

”Daya jangkau layanan UT sampai ke daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Para guru, pegawai, karyawan, hingga anak muda di daerah 3T bisa berkuliah tanpa meninggalkan kampung halaman dan pekerjaan untuk menimba ilmu. UT juga menghadirkan layanan teknologi digital untuk membantu kesuksesan mahasiswa belajar dan pengerjaan tugas agar mereka menjadi pembelajar mandiri yang tangguh,” kata Ojat.

Kini, UT pun menjadi rujukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Tanah Air untuk membantu penyediaan transformasi pendidikan daring di perguruan tinggi. UT membuka akses dan ruang baca virtual UT sebagai bagian untuk membangun SDM lewat ekosistem pembelajaran digital.

Kiprah UT menghadirkan pelayanan pendidikan tinggi yang inklusif mendapat tiga penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri). UT dinilai sebagai perguruan tinggi Indonesia yang menghadirkan layanan kuliah terluas/terbanyak di dalam dan luar negeri, memiliki alumni paling banyak, yakni 1,8 juta orang, dan memiliki lulusan terbanyak diterima CPNS pada 2019 sebanyak 9.436 alumni atau hampir 50 persen dari CPNS tahun 2019.

Rektor UT Ojat Darojat (kanan) menerima rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) bertepatan dengan peringatan Dies Natalis Ke-37 UT. Universitas Terbuka terluas jangkauan layanan kuliahnya, punya alumni terbanyak lebih dari 1,8 juta orang, dan memiliki lulusan diterima CPNS terbanyak di tahun 2019.

Ketua Senat UT Chanif Nurcholis dari Senat Akademik mengatakan, kualitas perkuliahan di UT harus setara dengan pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh di dunia. Upaya ini dilakukan dengan mendorong UT untuk ”naik kelas” dari perguruan tinggi negeri (PTN) badan layanan umum menjadi PTN badan hukum. Maknanya, agar UT dapat mengatur rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan langsung dari pemerintah.

”Ini tantangan. Kalau lembaga, manajemen, dan budaya UT tidak berubah sebagai badan hukum, bisa saja jadi mundur. Kalau berbadan hukum, akan makin maju dan berkualitas,” kata Chanif.

Perluas akses kuliah

Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam sambutannya mengatakan, UT sebagai pelopor PJJ di PT yang terjangkau dan fleksibel bagi seluruh masyarakat di pelosok negeri hampir empat dasawarsa.

”Saya mendorong UT untuk terus meningkatkan kualitas dan berinovasi sesuai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri, lembaga riset, dan perguruan tinggi lain untuk menyiapkan SDM unggul di era industri 4.0 dan berdaya saing global serta berkarakter kebangsaan,” kata Wapres.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, akses pendidikan tinggi yang semakin luas harus diwujudkan. UT sudah berperan dalam pemerataan pendidikan seiring pergantian zaman yang tidak lagi dibatasi ruang kelas.

”Semangat mencerdaskan anak bangsa harus selalu jadi semangat UT. Hadirkan pendidikan berkualitas tanpa batas,” ujar Nadiem.

Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan, UT berperan dalam pengembangan pendidikan digital di Indonesia. Pengalaman UT menghadirkan akses kuliah daring yang tepat dan berguna untuk pengembangan karier dan kompetensi.

”UT dapat membantu program pemerintah untuk meningkatkan APK PT (angka partisipasi kasar pendidikan tinggi) yang baru 34,58 persen. Para alumni UT di berbagai profesi dan daerah diharapkan juga dapat membantu dan berperan mengutamakan empat pilar kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Bambang.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, kini saatnya membangun SDM unggul dengan menguatkan ekosistem belajar digital. UT memberi akses pada anak bangsa dari Sabang-Merauke dan luar negeri.

”Dengan kehadiran teknologi digital, makanya ekosistem pembelajaran digital semakin diperkuat untuk menyediakan sumber belajar yang terbaik ke penjuru negeri,” kata Nizam.(*)